Selasa, 17 September 2013

Mulai Berbuah




Awalnya saya kuatir untuk memanam tomat jenis Grosse Lisse yang saya dapat dari Pak Nick, suami dari kawan saya Dokter Rani Hadassah Manu Mesa.
Ada banyak bibit yang dibawa Pak Nick dari  Australia dan diberikan ke saya.

Ragu karena kuatir bibitnya tidak akan tumbuh baik disini.

Tetapi makin saya simpan bibit ini, makin penasaran untuk melihat bibit tomat ini bisa tumbuh di Waingapu, sekaligus sebagai sarana belajar, jadi mulailah saya menyemai  bibit tomat ini. Bibit lain masi saya simpan untuk musi penghujan yang akan datang.

Saat ini tomat jenis Grosse Lisse yang saya semai 27 Juli 2013 dan  tanam  16 Agustus 2013 sudah mulai berbuah. 

Beberapa hari terkahir saya pantau buah mulai keluar setelah buga berwarna kuning nan cantik dari tomat ini menjadi coklat diikuti keluar buah kecil berwarna hijau.

Memang belum semua bunga tomat  yang berwarna kuning  menjadi coklat tua dan keluar  bunga karena tentunya bertahap.

Bunga yang keluar dulu atau posisi yang paling dekat dengan tanah pasti akan menjadi buah lebih dulu dibanding bunga2 berikutnya.

Menyenangkan bisa mengikuti proses ini tahap demi tahap, saya punya catatan lengkap lho, mulai masa persemaian, pindah ke polibag platik dan saat tomat  bertumbuh di polibag.

Waktu semai bibit tomat  hingga siap dipindahkan ke polibag sekitar 20 hari, saat bibit disemai menggunakan polibag daun pisang ( bukan polibag plastic),kemudian bibit dipindah ke polibag plastik yang ukuran besar yang sudah di berikan kompos, saat  dipolibag besar hingga hari ini tomat sudah berumur  32 hari sesudah tanam.

Menyenangkan bisa mengikuti perkembangan hari ke hari dari semaian bibbt tomat hingga akan keluar bunga.

Yang pasti tidak akan lama lagi buahnya siap dipanen.

Dan yang lebih penting penanaman tomat ini menggunakan prinsip organik. Kompos diolah dari berbagai kotoran ternak dan hijauan sebagai pupuk dasar dan  pupuk cair organik  produksi Radio Max Fm Waingapu Bio Slurry digunakan untuk pemupukan lanjutan.

Kita tunggu kelanjutan ceritanya sampai masa panen.

Heinrich Dengi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar